Sejarah rivalitas kedua klub tersebut, sebab selama 104 tahun, keduanya selalu bersaing untuk menentukan siapa penguasa Kota Milan sebenarnya.
Rivalitas bermula dari ketidakpuasan sebuah kelompok yang menyusul pecahnya “Milan Criket and Football Club” yang kini di kenal dengan AC Milan. Ketidakpuasan kelompok yang terdiri dari orang-orang Italia dan Swiss muncul karena dominasi orang-orang Italia dan Inggris di AC Milan.
Mereka memutuskan untuk memisahkan diri pada 9 Maret 1908 dan mendirikan klub sepakbola bernama Internazionale Milan alias Inter Milan. Kata Internazionale sendiri diambil dari keinginan para pendiri klub yang dihuni banyak pemain asing.
Berikut beberapa alasan lain mengapa duel musuh bebuyutan antara Il Diavolo Rosso (Setan Merah) melawan Il Biscione (Ular Raksasa) selalu membawa hawa panas.
Rivalitas bermula dari ketidakpuasan sebuah kelompok yang menyusul pecahnya “Milan Criket and Football Club” yang kini di kenal dengan AC Milan. Ketidakpuasan kelompok yang terdiri dari orang-orang Italia dan Swiss muncul karena dominasi orang-orang Italia dan Inggris di AC Milan.
Mereka memutuskan untuk memisahkan diri pada 9 Maret 1908 dan mendirikan klub sepakbola bernama Internazionale Milan alias Inter Milan. Kata Internazionale sendiri diambil dari keinginan para pendiri klub yang dihuni banyak pemain asing.
Berikut beberapa alasan lain mengapa duel musuh bebuyutan antara Il Diavolo Rosso (Setan Merah) melawan Il Biscione (Ular Raksasa) selalu membawa hawa panas.
Merah vs Biru
Dua warna dasar tersebut sering dianggap simbol pertentangan api-air dan protagonis-antagonis. Seragam Milan yang berwarna merah dianggap kontras dengan Inter yang identik dengan biru. Bukan kebetulan juga jika banyak hot derby lainnya yang memakai dua warna tersebut. Contoh, rivalitas Roma-Lazio, Manchester United-Manchester City dan Liverpool-Everton.
Milanisti vs Internisti
Awalnya, Milan didukung oleh para pendatang dari Italia Selatan yang mencari nafkah menjadi buruh kasar. Di sisi lain, pendukung Inter berasal dari warga kota yang bertipikal kalangan menengah atas. Meski tak signifikan lagi, persepsi tersebut sekarang terkadang masih tetap eksis.
Sosialis vs Liberalis
Sebelum Silvio Berlusconi mengklaim Milan, media mengindentikan Ultras Milan (suporter garis keras) berhaluan kiri yang berpaham sosialis. Sementara, tifosi Inter diasosiasikan berhaluan kanan yang berpaham konservatif atau liberalis.
Gianni Riverra vs Sandro Mazolla
Era 60-an, Milan dan Inter memiliki anak emas sepakbola yang bahkan berimbas jelek ke ranah timnas Italia kala itu. Selama berkarier di Timnas, Riverra yang berkostum Milan tak pernah bermain secara bersamaan dengan Mazolla yang berkostum Inter.
Kala final Piala Dunia 1970, Riverra tak dimainkan dan akhirnya kalah 1-4 atas Brazil. Pelatih Ferruccio Valcareggi dituding membuat kesalahan karena lebih mengedepankan Mazolla. Mengenai hal ini, kedua pemain sempat mengenangnya.
"Gianni dan saya tak pernah bermusuhan. Kami sama-sama mengakui keunggulan masing-masing. Malam sebelum turnamen dimulai, saya terkena disentri dan pelatih pun memainkan saya hanya pada babak pertama," tukas Mazzola membahas stafetta (pergantian pemain) yang dilakukan pelatih.
Rivera sendiri terkesan masih belum menerima kenyataan hanya bermain enam menit di final. "Ada tudingan miring yang ditujukan kepada kami, tapi saya tak tahu siapa. Kami mencapai final dan itu merupakan bukti sepakbola bisa dilakukan tanpa peran pelatih. Ada manuver yang menyebabkan saya tidak bermain di final," ujar Rivera saat mengenang momen 40 tahun yang lalu kepada Corriere della Sera seperti dilansir Goal.
Curva Sud vs Curva Nord
Curva adalah sebutan orang Italia untuk tribun penonton yang berada di belakang gawang. Posisi curva di stadion yang saling berhadapan memiliki peran penting bagi kedua suporter klub tersebut. Ultras Milan menduduki Curva Sud (tribun selatan) stadion, sedangkan Curva Nord (tribun utara) dikuasai Ultras Inter.
Brazil vs Argentina
Di era 2000-an, Milan memiliki poros Samba Brazil yaitu Dida, Kaka, Cafu, Serginho, Roque Junior dan Rivaldo, sedangkan Inter menyainginya dengan barisan Tango Argentina seperti Matias Almeyda, Hernan Crespo, Kily Gonzalez, dan Juan Sebastian Veron.
Rivalitas itu seolah mewakili persaingan dua negara eksportir pemain kelas dunia tersebut. Bahkan, hal itu masih berlanjut hingga sekarang, sebut saja Thiago Silva, Robinho, dan Alexandre Pato menghiasi skuad Milan, sementara di kubu Inter ada Esteban Cambiasso, Javier Zanetti, Walter Samuel dan Diego Milito.
Berlusconi vs Moratti
Tak hanya itu, rivalitas juga terjadi pada dua petinggi Milan dan Inter. Berlusconi anti-perubahan sedangkan Moratti pendukung perubahan. Berlusconi merupakan ‘Raja Media Italia’ sedangkan Moratti adalah ‘Raja Minyak’. Berlusconi senang bertahan dengan pemain veteran sementara Moratti terus melakukan perubahan.
Adidas vs Nike
Milan dan Inter tak pernah memakai sponsor yang sama. Sejak 1998, kedua klub tersebut didukung dua perusahaan yang juga berseteru di dunia bisnis. Milan menggunakan jasa Adidas yang merupakan peringkat satu Eropa sementara Inter memakai Nike yang berperingkat satu dunia.
Milanisti vs Internisti
Awalnya, Milan didukung oleh para pendatang dari Italia Selatan yang mencari nafkah menjadi buruh kasar. Di sisi lain, pendukung Inter berasal dari warga kota yang bertipikal kalangan menengah atas. Meski tak signifikan lagi, persepsi tersebut sekarang terkadang masih tetap eksis.
Sosialis vs Liberalis
Sebelum Silvio Berlusconi mengklaim Milan, media mengindentikan Ultras Milan (suporter garis keras) berhaluan kiri yang berpaham sosialis. Sementara, tifosi Inter diasosiasikan berhaluan kanan yang berpaham konservatif atau liberalis.
Gianni Riverra vs Sandro Mazolla
Era 60-an, Milan dan Inter memiliki anak emas sepakbola yang bahkan berimbas jelek ke ranah timnas Italia kala itu. Selama berkarier di Timnas, Riverra yang berkostum Milan tak pernah bermain secara bersamaan dengan Mazolla yang berkostum Inter.
Kala final Piala Dunia 1970, Riverra tak dimainkan dan akhirnya kalah 1-4 atas Brazil. Pelatih Ferruccio Valcareggi dituding membuat kesalahan karena lebih mengedepankan Mazolla. Mengenai hal ini, kedua pemain sempat mengenangnya.
"Gianni dan saya tak pernah bermusuhan. Kami sama-sama mengakui keunggulan masing-masing. Malam sebelum turnamen dimulai, saya terkena disentri dan pelatih pun memainkan saya hanya pada babak pertama," tukas Mazzola membahas stafetta (pergantian pemain) yang dilakukan pelatih.
Rivera sendiri terkesan masih belum menerima kenyataan hanya bermain enam menit di final. "Ada tudingan miring yang ditujukan kepada kami, tapi saya tak tahu siapa. Kami mencapai final dan itu merupakan bukti sepakbola bisa dilakukan tanpa peran pelatih. Ada manuver yang menyebabkan saya tidak bermain di final," ujar Rivera saat mengenang momen 40 tahun yang lalu kepada Corriere della Sera seperti dilansir Goal.
Curva Sud vs Curva Nord
Curva adalah sebutan orang Italia untuk tribun penonton yang berada di belakang gawang. Posisi curva di stadion yang saling berhadapan memiliki peran penting bagi kedua suporter klub tersebut. Ultras Milan menduduki Curva Sud (tribun selatan) stadion, sedangkan Curva Nord (tribun utara) dikuasai Ultras Inter.
Brazil vs Argentina
Di era 2000-an, Milan memiliki poros Samba Brazil yaitu Dida, Kaka, Cafu, Serginho, Roque Junior dan Rivaldo, sedangkan Inter menyainginya dengan barisan Tango Argentina seperti Matias Almeyda, Hernan Crespo, Kily Gonzalez, dan Juan Sebastian Veron.
Rivalitas itu seolah mewakili persaingan dua negara eksportir pemain kelas dunia tersebut. Bahkan, hal itu masih berlanjut hingga sekarang, sebut saja Thiago Silva, Robinho, dan Alexandre Pato menghiasi skuad Milan, sementara di kubu Inter ada Esteban Cambiasso, Javier Zanetti, Walter Samuel dan Diego Milito.
Berlusconi vs Moratti
Tak hanya itu, rivalitas juga terjadi pada dua petinggi Milan dan Inter. Berlusconi anti-perubahan sedangkan Moratti pendukung perubahan. Berlusconi merupakan ‘Raja Media Italia’ sedangkan Moratti adalah ‘Raja Minyak’. Berlusconi senang bertahan dengan pemain veteran sementara Moratti terus melakukan perubahan.
Adidas vs Nike
Milan dan Inter tak pernah memakai sponsor yang sama. Sejak 1998, kedua klub tersebut didukung dua perusahaan yang juga berseteru di dunia bisnis. Milan menggunakan jasa Adidas yang merupakan peringkat satu Eropa sementara Inter memakai Nike yang berperingkat satu dunia.
0 komentar:
Posting Komentar